Friday, May 20, 2005

Who Watch the Guardian?

Kasus suap Anggota KPU, Mulyana Wira Kusuma (MWK), memasuki babakan baru setelah diperiksa berkali-kali oleh KPK. Ternyata aliran dana tersebut mengalir sampai kepada BPK, DPR, Dirjen Anggaran Departemen Keuangan. Banyak pihak sekarang seperti saling lempar tanggung jawab, takut kena getahnya. Bahkan KPK beberapa kali menerima pengembalian uang arisan rekanan KPU senilai 20 M dari berbagai pihak.

Ironis memang, kinerja sukses KPU yang berhasil menyelenggarakan dua kali Pemilu secara langsung seperti hilang dan tidak ada apa-apanya dibanding dengan riuh rendahnya gelombang dan isu negatif yang sekarang menerpa KPU. Ibarat pepatah, panas selama setahun dihapus hanya dengan hujan sehari. Lebih ironis lagi jika BPK yang sejatinya merupakan pemeriksa yang diberi tugas untuk melakukan audit investigasi terhadap KPU kini malah akan diperiksa oleh KPK karena diindikasikan menerima aliran suap. Nah lho....

Pemeriksa (BPK) diperiksa oleh pemeriksa (KPK). Itulah yang terjadi sekarang. Memang sejak dari dulu Lord Acton sudah lantang berteriak: power tends to corrupt, and absolute power corrupt absoultely . Kekuasaan memang selalu melenakan siapapun juga, karena itu, demi hukum (eh.. demi keadilan) kekuasaan itu harus diawasi, dijaga, dievaluasi, diperiksa. Maka mungkin itulah filosofi dari banyak dibentuknya lembaga pengawas dan pemeriksa di negeri ini.

Jika kita amati, dalam waktu dekat akan ada banyak tambahan komisi-komisi pengawas baru. Contohnya seperti Komisi Kejaksaan yang bertugas mengawasi Kejaksaan, Komisi Kepolisian yang bertugas mengawasi Polri, Komisi Komisi Yudisial yang tugasnya mengawasi kinerja para hakim.

Sebenarnya jika dilihat, kurang apa lembaga pengawas internal yang ada di dalam masing-masing lembaga tersebut. Di Kejaksaan ada Jaksa Agung Muda Pengawasan (Jamwas), di Kepolisian ada Provost atau internal affair, di Kehakiman ada Hakim Agung bidang Pengawasan. Muncul lembaga pengawas eksternal yang terpisah dari sistem memang ide yang bagus. Dengan begitu, sejatinya pengawas dapat bersifat independen, bebas dari pengaruh dan tekanan pihak manapun, termasuk terhadap pihak yang diawasi.

Kekuasaan memang harus diawasi, karena itu tugas utama lembaga pengawas, pemeriksa, tetapi apa jadinya kalo lembaga pengawas, pemeriksa justru melakukan dosa seperti lembaga yang diawasinya. Seperti yang terjadi pada BPK, apakah kita harus membentuk lembaga pengawas lagi untuk mengawasi kerja dari lembaga pengawas tersebut. So, who watch the guardian?

Eh.. mong-ngomong, saya juga kerja di lembaga pengawas lho.. KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) . Namanya juga pengawas, ya kerjanya mengawasi donk, khususnya mengenai persaingan usaha. Dan, nampaknya memang tidak ada yang mengawasi. Hi..hii.. ngeri!

Wednesday, April 13, 2005

A Part of My Journey in Japan

Setelah selesai training di Jepang dan kembali ke kantor tercinta, sepertinya tidak ada waktu untuk bisa berleha-leha barang sejenak. Tugas lama yang sempat tertunda selama di Jepang, dan beberapa additional assignments sudah menuggu dan nampak bertumpuk di mejaku. Mungkin ini yang namanya back to routinity kali ya? Dan semoga saya tidak terjebak di dalamnya.

Postingan kali ini hanya ingin sedikit berbagi keindahan yang sempat tertangkap oleh my pocket digicam. Selain itu juga mungkin karena ada request dari neng Indiee serta kang Bagas untuk laporan pandangan matanya, serta sekalian yang empunya blog mau numpang nampang. he..he..

Please enjoy the picture, as if you were there also. And please ignore the date, due to error in setting. Just click on the picture for enlargement.

1. Metropolitan Government Building (MGB)

Image hosted by Photobucket.com

MGB, ini mempunyai 2 tower, North tower dan South Tower. Dari lantai 45 kita bisa melihat ke Shinjuku Tower, Tokyo Tower, dan Port of Tokyo, serta kalo lagi beruntung (jika cuaca cerah) Gunung Fuji pun bisa terlihat dari sini. Semua bangunan di sini harus antigempa, karena memang di Jepang rawan gempa, bahkan MGB ini dibangun dengan Super Stucture, yang mampu menahan gempa sampai 6-7 skala richter.

2. Asakusa

Image hosted by Photobucket.com

Ini adalah Asakusa, salah satu temple yang terkenal dan sering sering muncul pada postcard. Photo ini adalah Kaminarimon-gate, pintu masuk utama untuk masuk ke templenya. Di sepanjang jalan masuk menuju temple banyak kios-kios yang menyediakan berbagai macam souvenir.

3. Kabukicho: Shinjuku East Exit

Image hosted by Photobucket.com

Kabukicho adalah salah satu distrik di Tokyo, terletak di Stasiun Shinjuk dan keluarnya lewatEast Exit. Kabukicho juga terkenal sebagai kota tradisional "perempatan kesenangan" (tanda petik) . Juga dikenal sebagai gudangnya lampu merah Tokyo. Di sini juga banyak pusat-pusat perbelanjaan, restoran, dan amusement shops. Nama Kabukicho bermula pada tahun 1940-an, ketika di distrik itu akan dibangun Teater Kabuki. Kenyataannya teater tersebut tidak pernah jadi dibangun, akan tetapi namanya diabadikan menjadi nama tempat tersebut.

4. Imperial Palace: Nijyu-Bashi

Image hosted by Photobucket.com

Nijyu-Bashi adalah salah satu pintu masuk menuju Imperial Palace. Konon katanya setelah restorasi Meiji, "The Imperial" termasuk ibukota Jepang ikut berpindah dari Kyoto ke Tokyo, kemudian keturunan Tokugawa dari Dinasti Edo inilah yang sekarang mendiami Imperial Palace ini sekaligus sebagai kediaman resmi Kaisar Jepang.

Kalo model yang ada di photo-nya mah... silahkan dikomen sendiri aja ya. He..he...

5. Yuki: View from My Room (JICA Tokyo)

Image hosted by Photobucket.com

Kalo yang ini sih diambil dari jendela kamar saya... di JICA Tokyo Training Center. Pada saat salju (yuki) turun, menurut orang Tokyo sendiri, ini adalah Yuki ke-4 pada winter tahun ini. Beruntung saya, bisa merasakan salju pertama *udik mode on* hi..hi...

Wah... kayaknya cukup sekian dulu laporan pandangan mata (siaran tundanya). Sebenarnya masih banyak hal yang mau diceritakan, tapi nanti aja ya, disimpen buat postingan yang akan datang. Silahkan dilihat, di amati (terutama No. 4) *sembunyi*, dan dikomentari.

Sunday, March 06, 2005

1st Year Wedding Anniversary

Image hosted by Photobucket.com

Tak terasa sudah satu tahun perjalanan kita. Tidak ada candle light dinner yang romantis, tidak ada puisi dan sekuntum bunga yang tersedia. Bahkan saat ini, aku pun tidak berada di sampingmu. AKu bahkan berada jauh ribuan mil dari tempatmu berada.

Masih panjang jalan terbentang, Aku memang bukan suami terbaik yang mungkin pernah kamu dapatkan, terkadang aku seringkali mengeluh lelah di kala pulang kerja larut malam, bukannya menghibur dan memijitimu karena seharian lelah mengajar dan mengurusi rumah.

Kamu bahkan terkadang sering bangun di larut malam hanya untuk mengganti popok buah hati kita, sedangkan aku, terlelap tidur karena kamu tidak mau aku terbangun karenanya. Aku banyak belajar tentang bagaimana kearifan seorang Ibu yang menyayangi anaknya. Darinya pula aku baru menyadari secara mendalam bahwa hakekat "Surga itu berada di telapak kaki Ibu".

Kamu bahkan seringkali membuatku malu, betapa kamu sering membanggakan aku di depan orang lain, walaupun sebenarnya aku merasa belum pantas menjadi suami yang patut kamu banggakan. Dahulu aku punya keyakinan bahwa ucapan cinta dan sayang secara verbal tidak perlu sering disampaikan. Tetapi sekarang, aku menyadari bahwa terkadang ucapan cinta dan sayang secara verbal memang diperlukan.

Kamu pasti tahu aku mempunyai banyak nomor rekening di bank, tetapi kamu mungkin lebih mengetahui berapa jumlah saldo yang tertera di setiap rekening bank tersebut. Ditambah lagi dengan tagihan kartu kredit yang rasanya tak pernah kunjung lunas itu, kamu harus menjadi lebih bijak dalam mengalokasikan uang belanja kita.

Aku mungkin belum menjadi tipe suami ideal yang kamu idamkan, tetapi aku akan terus berusaha.

Masih panjang jalan terbentang, terkadang jalanan lurus, terkadang berkelok, bahkan seringkali naik turun dan berbatu. Tapi Insya Allah, kita bertekad, kita akan menjalaninya bersama. Sampai tiba waktunya kita kembali kepada-Nya.

picture courtesy of:
http://www.pspug.org/e-cards/cards/p7151.jpg

Tuesday, February 22, 2005

Perjalanan Menyisiri Honsu



Tiba di Narita pukul 7.20 JST (Japan Standard Time) saya harus melanjutkan perjalanan dengan ANA (All NIppon Airways) menuju Nagoya. Pesawat berangkat pukul 10.40, tapi saya sudah dapat boarding pass 3 jam sebelumnya dan mendapatkan seat number 14A (asyiiikk deket jendela euy..)

Waktu menunggu serasa membosankan apalagi ditambah semalam dari Jakarta hanya tidur 3 jam lepas jam 3, maka otomatis shalat shubuh pun kebablasan. Akhirnya dengan berbekal tayamum saya pun melaksanakan shalat sambil menunggu boarding time, kalo tidak salah saya shalat shubuh pukul 08.00 JST (he..he...)

Akhirnya tiba juga boarding time, semua penumpang diangkut dengan Shuttle Bus menuju pesawat. Sempat deg-degan juga liat pesawat ANA Air yang bakal ditumpangi, ternyata jenis pesawatnya adalah Fokker-50 (pesawatnya kecil, pake baling-baling lagi...). Pada waktu take off sempet goyang juga sih, maklum fokker, tapi akhirnya take off berlangsung dengan mulus. Sepanjang perjalanan dari Tokyo menuju Nagoya pandangan dari kiri jendela pesawat adalah gugusan pulau Honsu yang merupakan pulau paling besar di jepang. Di sebelah kanan tampak puncak Gunung Fujiyama yang masih penuh salju. Dari berita yang saya dengar di Narita, semau perjalanan ke Sapporo pada hari minggu (20/2/2005) telah dibatalkan karena salju yang sangat tebal.

Terbang dengan ANA Air menuju Nagoya memakan waktu sekitar 1,5 jam harus di isi dengan hanya minuman dan koran/majalah, padahal saya berharap dapet snack euy... karena perut ini dari tadi sudah minta di isi. Waktu 1,5 jam terasa lama banget, tak sengaja pandangan saya melihat seat number di depan saya, ternyata nomornya 12. Terus, nomor 13-nya mana? he..he.. mungkin pemilik ANA Air masih mempercayai bahwa nomor 13 adalah angka sial kali ya? hii..hi... heran deh, hari gini masih percaya tahayul seperti itu.

Monday, February 14, 2005

Itinerary



Alhamdulillah ngurus Visa ternyata gak sesulit yang dibayangkan. Dengan berbekal surat pengantar dari JICA, maka bebas pula biaya pembuatan Visanya. Hari jumat mendaftar eh... hari senin ini sudah terima.

19 Feb (sat) 2005 Jakarta/Soekarno Hatta, Terminal 2, Flight JL 726, Departure Time 22:30
20 Feb (sun) 2005 Tokyo/Narita, Terminal 2, Arrival Time 07:20 (6 H, 50 M)

20 Feb (sun) 2005 Tokyo/Narita, Terminal 2, Flight NH 3201, Departure Time 10:00
20 Feb (sun) Nagoya/Chubu, Terminal D, Arrival Time 11:20 (1 H, 20 M)

10 Mar (thu) 2005 Tokyo/Narita, Terminal 2, Flight JL 725, Departure Time 11:25
10 Mar (thu) 2005 Jakarta/Soekarno Hatta, Terminal 2, Arrival Time 17:05

Tiket sudah ditangan, tinggal mental yang disiapkan. Tinggal kangen yang nanti bakal ada dengan Sang Istri dan si Buah Hati. Aiiiihhh....
jadi inget lagunya The Beatles:

If you miss the train (plane) I'm on
you will know that i am gone
you can hear the whistle blow a hundred (thousand) miles

................................................................
Lord I'm five a thousand miles away from home



Picture courtesy of:
http://www.americanschoolofaviation.com/International_Students.htm

Monday, February 07, 2005

Photobucket

This is a test post from Photobucket.com
It's Time for Us (Non-Smoker): Perda Larangan Merokok

smoking smoking2

Mulai hari Jumat tanggal 4 Februari 2005 dan hari-hari berikutnya adalah hari dimana bagi anda yang perokok harus berhati-hati dalam menyulut batangan tembakau. Karena mulai hari tersebut telah ditetapkan Peraturan Daerah DKI Jakarta tentang Larangan Merokok di di tempat umum seperti perkantoran pemerintah, swasta, dan perorangan. Larangan merokok juga diberlakukan di seluruh pusat perbelanjaan, sekolah, dan tempat ibadah, bahkan di tempat Transportasi umum pun terlarang. Bagi yang melanggar, hukumannya pun cukup berat: sanksi kurungan enam bulan dan denda maksimal Rp 50 juta.

Ah... akhirnya datang juga kebijakan pemerintah yang memihak kepada bukan perokok, walaupun sebenarnya kebijakan tersebut sangat dilematis bagi pemerintah, di satu sisi pelarangan merokok ini dipastikan akan berpengaruh langsung pada penerimnaan negara dari pemasukan cukai nasional. Berdasarkan informasi, sekitar 98 persen dari penerimaan cukai nasional berasal dari penjualan rokok. Pendapatan negara dari cukai rokok ternyata lebih dari 10 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang berjalan. wow... luar biasa ya? Seandainya APBN tahun 2005 adalah Rp. 300 Triliun, maka penerimaan negara dari cukai rokok adalah sebesar Rp. 30 Triliun. Biarlah hal ini menjadi tugas pemerintah untuk membuka pos-pos penerimaan pajak dari tempat lain.

Namun sebaiknya pemerintah tidak hanya melihat dari sisi penerimaan yang berkurang saja, akan tetapi juga harus dilihat dampak tidak langsung yang dirasakan masyarakat berupa penghematan biaya kesehatan masyarakat yang bebas dari lingkungan asap rokok yang mungkin dirasakan manfaatnya di waktu mendatang. Bukankah biaya kesehatan semakin mahal harganya?

Picture taken from here:
http://library.thinkquest.org/12153/smoking.html
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=3011079

Monday, January 31, 2005

It Was Happened Again (Ketinggalan Shalat Iedul Adha)

Pernah kesiangan Shalat Shubuh? Jangan ditanya pasti hampir setiap orang pernah merasakan bangun kesiangan dan Shalat Shubuhnya telat. Tapi, gimana ceritanya kalo yang kesiangan itu adalah Shalat Iedul seperti Iedul Adha? Ada yang pernah mengalaminya? Saya pernah. Bahkan dua kali!!!

Kejadian pertama terjadi tahun 2000, sewaktu masih kuliah di sini, saat itu ceritanya saya bantuin Panitia Kurban untuk Baksos di daerah Lereng Merapi tempat relokasinya. Karena kecapekan semaleman sampe pagi jam 3 dini hari buat nyiapin Baksos eh.... besoknya malah kebablasen... begitu bangun.. eh malah Khotibnya udah mulai khotbah.. ya sudah.... Shalat Ied hari itu terlewati.

Kejadian kedua terjadi pada Iedul Adha kemaren tanggal 21 Januari 2005, ceritanya masih sama karena bangun kesiangan, tapi kali ini karena di rumah bantuin buat persiapan pernikahannya adik. Telatnya kali ini gak begitu parah seperti telat yang pertama. Saya sudah siap tinggal pergi ke Masjid yang dekat rumah, eh... dalam perjalanan ternyata sudah dikumadangkan Iqamah buat Shalat Ied.... akhirnya dengan berat hati saya kembali lagi ke rumah, karena nggak mungkin kan dalam Shalat Ied ada Masbuk?

Tapi walaupun ketinggalan shalat semangat berkurban tetep harus ada kan....

Surely We have given you Kausar,
Therefore pray to your Lord and make a sacrifice.
Surely your enemy is the one who shall be without posterity
(Holy Qur'an: 108:1-3)